JUDUL : PENGARUH
RETURN ON ASSET (ROA), NET PROFIT MARGIN (NMP) DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP
HARGA SAHAM PADA PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA (PERSERO), TBK.
A. Latar
Belakang Masalah
Perusahaan Perseroan (Persero)
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (“Perusahaan”) pada mulanya merupakan bagian
dari “Post en Telegraafdienst”, yang didirikan pada tahun 1884
berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7 tanggal 27 Maret
1884 dan diumumkan dalam Berita Negara Hindia Belanda No. 52 tanggal 3 April
1884. Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991,
status Perusahaan diubah menjadi perseroan terbatas milik negara (“Persero”).
Perusahaan didirikan berdasarkan akta notaris Imas Fatimah, S.H. No. 128
tanggal 24 September 1991. Akta pendirian tersebut telah disetujui oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.
C2-6870.HT.01.01.Th.1991 tanggal 19 November 1991 dan diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No. 5 tanggal 17 Januari 1992, Tambahan No. 210.
Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali diubah, perubahan terakhir dalam
rangka penyesuaian dengan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Indonesia (“BAPEPAM-LK”) No. IX.J.1 tentang Pokok-Pokok Anggaran Dasar
Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan
Publik dan Peraturan BAPEPAM-LK No. IX.E.2 tentang Transaksi Material dan
Perubahan Kegiatan Usaha Utama, serta dalam rangka penambahan maksud dan tujuan
Perusahaan, berdasarkan akta notaris A. Partomuan Pohan, S.H., LLM. No. 37
tanggal 24 Juni 2010. Perubahan tersebut telah diterima dan disetujui oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (“Menkumham”)
berdasarkan Surat No. AHU-AH.01.10-18476 tanggal 22 Juli 2010 dan Surat No.
AHU- 35876.AH.01.02 tahun 2010 tanggal 19 Juli 2010 dan dan telahdiumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia
No. 63 tanggal 9 Agustus 2011, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.
23552.
Perdagangan
surat berharga merupakan cara menarik dana masyarakat dalam hal ini investor
untuk mengembangkan perekonomian dimana dana tersebut adalah modal yang
dibutuhkan perusahaan untuk memperluas usahanya. Dengan dijualnya saham pasar
modal berarti masyarakat diberi kesempatan untuk memiliki dan mendapatkan
keuntungan. Dengan kata lain pasar modal dapat membantu pendapatan masyarakat.
Motif dari perusahaan yang menjual sahamnya untuk memperoleh dana yang akan
digunakan dalam pengembangan usahanya dan bagi pemodal adalah untuk mendapatkan
penghasilan dari modalnya. Dari aktivitas pasar modal harga saham merupakan
factor yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh investor dalam melakukan
investasi karena harga saham menunjukkan prestasi emiten, pergerakan harga
saham searah dengan kinerja emiten. Apabila emiten mempunyai prestasi Yang
semakin baik maka keuntungan yang dapat dihasilkan dari operasi usaha semakin
besar.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dalam kegiatan operasionalnya merupakan fokus utama dalam penilaian
prestasi perusahaan, karena dari laba perusahaan akan diketahui kemampuan
perusahaan dalam pemenuhan kewajiban bagi para investornya dan juga merupakan
elemen penting dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospeknya
pada masa yang akan datang. Tingkat profitabilitas perusahaan dapat dilihat
dari laporan keuangan secara periodik di up
date sebagai salah satu kewajiban perusahaan publik yang listing di Bursa Efek Indonesia. Laporan
keuangan menyediakan informasi dana mentah berupa angka-angka yang dapat
dianalisis lebih lanjut.
Salah
satu instrumen yang sangat signifikan keberadaannya di dalam pasar adalah
saham. Investor melakukan investasi pada saham dengan mengharapkan return tertentu. Saham suatu perusahaan
bisa dinilai dari return yang diterima
oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan. Return bagi pemegang saham bisa berupa penerimaan dividen tunai
ataupun adanya perubahan harga saham pada suatu periode.
Berdasarkan
sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek
perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan melihat prospek pertumbuhan profitabilitas perusahaan.
Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui probabilitas
investasi yang akan dilakukan di suatu perusahaan apakah mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang
dipersyaratkan investor.
Dari
berbagai rasio keuangan yang ada, peneliti menggunakan Return On Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), dan
Debt to Equity Ratio (DER). NPM atau Net Profit Margin merupakan rasio profitabilitas untuk
mengukur margin laba bersih sesudah pajak yang dihasilkan oleh perusahaan. ROA
atau Return On Assets merupakan tingkat pengembalian terhadap total aset, yaitu
suatu rasio profitabilitas untuk mengetahui berapa laba yang dihasilk an dari total aktiva yang digunakan
oleh perusahaan. DER atau Debt to Equity Ratio merupakan rasio hutang untuk
mengukur berapa besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetap nya.
Pengaruh NPM, ROA, ROE, ROI, dan DER terhadap harga saham dalam suatu
perusahaan akan diteliti dalam penelitian ini.
Tabel 1 : Perkembangan Return On Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), dan
Debt to Equity Ratio (DER) Pada PT.
Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk.
Tahun
|
Return
On Assets (ROA)
|
Net
Profit Margin (NPM)
|
Debt
to Equity Ratio (DER)
|
2009
|
16,40%
|
23,70%
|
1,25
|
2010
|
15,91%
|
23,12%
|
0,98
|
2011
|
15,01%
|
21,51%
|
0,69
|
2012
|
16,49%
|
23,80%
|
0,66
|
2013
|
15,86%
|
24,46%
|
0,65
|
Sumber : Data Olahan Dari Laporan Keuangan PT. Telekomunikasi
Indonesia (Persero), Tbk.
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa
perkembangan return on asset (ROA)
mengalami fluktuasi dari tahun 2009 sampai 2013 begitu juga dengan net profit margin (NPM) mengalami
fluktuasi atau terjadi turun naik dari tahun 2009 sampai 2013. Selanjutnya debt to equity ratio (DER) mengalami
penurunan dari tahun 2009 sampai pada tahun 2013, yaitu 5 tahun terakhir.
Return
On Asset (ROA) menurut Kasmir (2012:201) adalah rasio yang menunjukan
hasil (return) atas jumlah aktiva yangdigunakan dalam perusahaan. Selain
itu, ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan
karena menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk
memperoleh pendapatan.
Return
On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total
assets. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena
tingkat pengembalian (return)
semakin besar. ROA juga merupakan perkalian antara faktor net income margin dengan perputaran aktiva.
Menurut Harahap (2010:305) “Return
On Assets (ROA) menggambarkan perputaran aktiva diukur dari penjualan.
Semakin
besar rasio ini maka semakin baik
dan hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
Selanjutnya
Net Profit Margin (NPM) menggambarkan
besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang
dilakukan. Dengan kata lain rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak
terhadap penjualan.
NPM merupakan rasio
yang mengukur jumlah laba bersih per nilai dolar penjualan, yang dihitung
dengan membagi laba bersih dengan penjualan. Apabila kinerja keuangan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan semakin meningkat maka
hal ini akan berdampak pada meningkatnya pendapatan yang akan diterima oleh
para pemegang saham.
Dalam
perhitungannya ROA hanya menggunakan laba bersih setelah pajak dibagi dengan
total aktiva perusahaan. Sedangkan dalam perhitungannya NPM yaitu laba bersih
setelah pajak dibagi dengan penjulan bersih perusahaan. Debt to Equity Ratio
(DER) adalah perbandingan antara dana pinjaman /hutang dibandingkan dengan
modal dalam upaya pengembangan perusahaan.
Harga
saham merupakan penerimaan besar pengorbanan yang dilakukan investor untuk
penyertaan dalam perusahaan.Dapat dikatakan bahwa untuk memperkirakan harga
saham dapat mengunakan analisis fundamental.Karena harga saham dipengaruhi oleh
kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Jika
informasi positif, maka diperkirakan harga saham akan merefleksikan kekuatan
tersebut sehingga harga saham tersebut akan meningkat.
Tabel 2 : Perkembangan Harga
Saham PadaPT.
Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk.
No
|
Tahun
|
Harga Saham Penutup
|
1.
|
2009
|
9.450
|
2.
|
2010
|
7.950
|
3.
|
2011
|
7.050
|
4.
|
2012
|
9.050
|
5.
|
2013
|
2.150
|
Sumber : Data Olahan Dari Laporan Keuangan PT. Telekomunikasi
Indonesia (Persero), Tbk.
Berdasarkan
tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa perkembangan harga saham yang dimiliki
perusahaan mengalami fluktuasi dan cenderung menurun dari tahun 2009 sampai
2013.
Dalam melakukan investasi pada pasar modal,
khususnya saham, perubahan harga pasar menjadi perhatian penting bagi para
investor, selain kondisi emiten dan keadaan perekonomiannya. Harga saham yang
digunakan dalam melakukan transaksi di pasar modal merupakan harga yang
terbentuk dari mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar.
R. Agus Sartono (2001:41) mendefinisikan harga saham sebagai berikut:
“Harga saham adalah sebesar nilai sekarang atau present value dari aliran kas
yang diharapkan akan diterima.”
Saham
dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2008).
Salah
satu element penting yang menentukan hidup mati perusahaan adalah keuangan
perusahaan. seluruh aktivitas perusahaan dalam sudut pandang keuangan terbagi
dalam dua kempok besar: penggunaan dana dan pengasil dana. Ketika perusahaan
begitu bersemangat melakukan akitivitas yang menggunakan dana namun terhambat
dalam menghasilkan aliran dana, maka perusahaan dikatakan mengalami kesulitan
keuangan (financial distress) kesulitan keuangan ika tidak ditangan
dengan baik dapat memaksa pemilik untuk menambah setoran dana kedalam
perusahaan atau merelakan menutup perusahaannya.
Berdasarkan
uraian diatas, kemudian membuat Penulis berminat melakukan penelitian dengan
megambil judul “Pengaruh Return On
Asset (ROA), Net Profit Margin (NMP)
Dan Debt To Equity Ratio (DER)
Terhadap Harga Saham Pada Pt.Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk”.
B. Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah yang sudah dipaparkan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu :
“Apakah Return On Asset (ROA), Net Profit Margin (NMP) Dan Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh
Terhadap Harga Saham Pada PT.Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk? “
C. Tujuan dan
Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
a. Untuk
mengetahui pengaruh Return
On Asset (ROA), Net Profit Margin (NMP) Dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap
Harga Saham Pada Pt.Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk.
b. Untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi Return On Asset (ROA), Net Profit Margin (NMP)
Dan Debt To Equity Ratio (DER)
Terhadap Harga Saham Pada Pt.Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk.
2.
Manfaat
penelitian
a. Memberikan
bukti mengenai pengaruh Return On Asset (ROA), Net
Profit Margin (NMP) Dan Debt To
Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Pada Pt.Telekomunikasi Indonesia
(Persero), Tbk.
b. Memberikan
informasi mengenai faktor yang
mempengaruhi Return On Asset (ROA), Net
Profit Margin (NMP) Dan Debt To
Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Pada Pt.Telekomunikasi Indonesia
(Persero), Tbk
D. Sistematika
Penulisan
Untuk mengetahui bagian-bagian
yang akan dibahas di dalam penulisan secara sistematika penulis akan memberikan
gambaran penulisan yang dibagi dalam enam kelompok bahasan (bab) sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab pendahuluan
membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.
BAB II TELAAH
PUSTAKA
Telaah pustaka berisikan landasan teori yang
berhubungan dengan ROA, NPM dan DER. Selanjutnya penelitian terdahulu, kerangka
pemikiran, hipotesis, dan variabel peneltian serta operasional variabel.
BAB III METODE
PENELITIAN
Dalam bab
metode penelitian berisi mengenai lokasi
penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data
dan analisa data.
BAB IV GAMBARAN
UMUM PERUSAHAAN
Bab ini
membahas sejarah singkat Pada PT.
Telekomunikasi Indonesia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,
struktur organisasi perusahaan serta aktivitas perusahaan. Pada PT. Telekomunikasi Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia
BAB V PEMBAHASAN
DAN HASIL PENELITIAN
Menguraikan
pembahasan dan hasil dari penelitian mengenai tentang pengaruh investasi dalam
persediaan terhadap rentabilitas modal sendiri, analisis hubungan
antar variabel beserta pengujian hipotesis menggunakan SPSS.
BAB VI KESIMPULAN
DAN SARAN
Pada bab terakhir ini
yakni penutup dari pembahasan hasil penelitian yang mengemukaan beberapa
kesimpulan dari pembahasan serta yang dapat di sumbangkan untuk peneliti yang
akan datang.
E.
Telaah
Pustaka
1.
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan
keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi.
Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses
akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan
terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono (2004: 34) “Laporan
keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama
pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan”.
Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “ Laporan Keuangan adalah suatu
penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”.
Kemudian
menurut Harnanto (2004 ; 28) dalam bukunya Akuntansi Keuangan Intermediate
memberikan pengertian laporan keuangan merupakan bentuk formal yang digunakan
sebagai alat komunikasi antara perusahaan sebagai suatu kesatuan usaha dengan
para pemilik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) (2007, hal 7) :” Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan.Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara
misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”
Berdasarkan
beberapa definisi yang dikemukakan di atas jelaslah kiranya bahwa laporan
keuangan merupakan pencerminan posisi keuangan perusahaan pada suatu periode
tertentu yang disajikan dalam bentuk neraca, daftar rugi laba, laporam posisi
aliran kas dan lain sebagaimana, yang tidak hanya berguna bagi pemilik
perusahaan dalam pengambilan keputusan dibidang keuangan di masa yang akan
datang, tetapi bagi pihak-pihak luar yang berkepentingan dengan perusahaan,
seperti investor, kreditor, pemerintah dan sebagainya.
Dari
laporan keuangan tersebut, berbagai pihak yang mempunyai kepentingan dengan
perusahaan dapat melakukan analisa keuangan perusahaan bersangkutan.
Analisa
laporan keuangan adalah proses penafsiran laporan keuangan yang dikomunikasikan
kepada berbagai pihak yang berkepentingan untuk mendapatkan informasi mengenai
informasi mengenai posisi keuangan dan keberhasilan yang dicapai perusahaan
guna untuk keperluan kegiatan pengambilan kesimpulan terhadap laporan keuangan.
(Handoko, 2004 ;112).
Kemudian
Syamsudin (2004 ; 37) mengatakan analisa laporan keuangan perusahaan pada
dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan
perusahaan dimasa lalu, saat ini dan kemungkinannya di masa depan.
2.
Tujuan
Laporan Keuangan
Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009),
“tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan
juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009),
“dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan
informasi mengenai entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas,
pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan
distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”.
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas
laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa
depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara
kas.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007, hal 3)
tujuan dari laporan keuangan adalah:
a.
Menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
b. Laporan
keuangan yang disusun untuk tujuan ini adalah memenuhi kebutuha bersama dari sebagian
besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua
informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pengguna dalam pengambilan
keputusan ekonom, karena secara umum menggambarkanpengaruh keuangan dari
berbagai kejadian di masa yang lalu (historis), dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi non keuangan.
c. Laporan
keuangan juga telah menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship)
atau merupakan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melakukan penilaian
terhadap apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen, melakukan
hal ini agar mereka dapa
membuat
keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin saja mencakup keputusan untuk
memanamkan atau menjual investasi mereka dalam suatu perusahaan atau
keputusan untuk mengangkat kembali atau melakukan
penggantian
manajemen.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
laporan keuangan adalah untuk mengetahui kondisi keuangan dari suatu perusahaan
dan kaitanya dengan:
a.
Kemampuan perusahaan
untuk melaksanakan segala kewajiban-kewajibannya pada saat sini dengan
situasi yang kurang mendukung dan tidak dapat diprediksikan di masa
yang akan datang.
b. Kemampuan
perusahaan dalam menarik manfaat untuk melaksanakan transaksi bisnis
ataupun perluasan bisnis. Hal ini sangat dimungkinkan karena perusahaan memiliki
sarana yang dibutuhkan atau kemampuan memperole dana melalui pinjaman (financing)
atau penerbitan saham (stock issue).
c. Kemampuan
perusahaan untuk secara berkesinambungan untuk dapat
membayar
bunga pinjaman dan dividen.
3.
Return On Asset (ROA)
Return On Assets merupakan bagian dari analisis rasio profitabilitas. Return
On Asset merupakan rasio antara laba bersih yang
berbanding terbalik dengan keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. Rasio
ini menunjukan berapa besar laba bersih yang diperoleh perusahaan diukur dari
nilai aktivanya.
Return
On Asset merupakan rasio antar laba bersih yang
berbanding terbalik dengan keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. Rasio
ini menunjukan berapa besar laba bersih yang diperoleh perusahaan diukur dari
nilai aktivanya. Analisis Return On Assets atau sering diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia sebagai rentabilitas ekonomi mengukur perkembangan
perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian
diproyeksikan ke masa mendatang untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan
laba pada masa-masa mendatang
Beberapa
ahli mendefinisakan Retutn On Asset
sebagai berikut : Menurut Munawir (2010: 89) Retutrn On Asset adalah sama
dengan Return On Investmen dalam
analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik
analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisis ini sudah merupakan teknik analisa
yang lazim di gunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari
keseluruhan operasi perusahaan.
Return On
Asset (ROA) menurut Kasmir (2012: 201) adalah rasio yang menunjukan
hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran
yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas
manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
Menurut Harahap (2010: 305) Return On Assets (ROA) menggambarkan perputaran aktiva
diukur dari penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik dan hal ini berarti bahwa aktiva
dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
ROA atau (Return On Assets)
Riyanto (2010: 335) Rasio ini
merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Rasio ini menunjukkan berapa besar
laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai asetnya. Menurut
Harahap (2010:305),
semakin besar rasionya semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam
menggunakan aset yang dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan laba.
Menurut Fahmi (2012: 98) Return on asset sering juga disebut sebagai return on investment, karena ROA ini melihat sejauh mana
investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai
dengan yang diharapkan dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset
perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan.
Rasio ROA ini sering dipakai
manajemen untuk mengukur kinerja
keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki perusahaan, disamping perlu mempertimbangkan masalah
pembiayaan terhadap aktiva tersebut. Nilai ROA yang semakin mendekati 1,
berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva yang ada
dapat menghasilkan laba. Dengan kata lain semakin tinggi nilai ROA maka semakin
baik kinerja keuangan perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja keuangan
perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA (Return On Asset) adalah rasio keuntungan
bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari
asset yang dimiliki oleh perusahaan.
Dari definisi-definisi di atas
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Return
on Asset merupakan rasio imbalan aktiva dipakai untuk mengevaluasi apakah
manajemen telah mendapat imbalan yang memadai (reasobable return) dari asset yang dikuasainya. Dalam perhitungan
rasio ini, hasil biasanya didefinisakan sebagai sebagai laba bersih (Operating income). Rasio ini merupakan
ukuran yang berfaedah jika seseorang ingin mengevaluasi seberapa baik
perusahaan telah memakai dananya, tanpa memperhatikan besarnya relatif sumber
dana tersebut. Return On Asset sering
kali dipakai oleh manajemen puncak untuk mengevaluasi unit-unit bisnis di dalam
suatu perusahaan multidivisional.
Return On Asset (ROA) adalah dimana rasio ini merupakan perbandingan
antara pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata aktiva (average
asset). Menurut Toto Prihadi (2008: 68) Return
On Asset yaitu (ROA, laba atas asset) mengukur tingkat laba terhadap asset
yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut, dimana persentase rasio ini
dinyatakan oleh rumus sebagai berikut :
ROA = Net
Profit After Tax x
100%
Total Asset
|
Keterangan
:
Net Profit After Tax = Laba Bersih Setelah Pajak
Total Asset
= Total Aktiva
4.
Keunggulan ROA (Return
On Asset)
Menurut Munawir (2010:
91), keunggulan dari Return On Asset, yaitu:
a.
Sebagai salah
satu kegunaannya yang prinsipiil ialah sifatnya yang menyeluruh. Apabila
perusahaan sudah menjalankan praktek akuntanasi yang baik maka managemet dengan
menggunakan teknik analisa ROI dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang
bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi bagian penjualan.
b.
Apabila
perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh ratio industry, maka dengan analisa ROI
ini dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaannya dengan
perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya
berada di bawah, sama atau di atas rata-ratanya. Dengan demikian akan dapat
diketahui di mana kelemahannya dan apa yang sudah kuat pada perusahaan tersebut
dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.
c.
Analisa ini pun
dapat dignakan untuk mengukuur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
divisi/bagian, yaitu dengan
mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam
bagian yang bersangkutan.
d.
Analisa ini juga
dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dair masing-masing produk yang
dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menggunakan product cost system yang baik, modal dan biaya dapat dialokasikan
kepada berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan,
sehingga dengan demikian akan dapat dihitung profitabilitas dari masing-masing
produk.
e.
ROI/ ROA selain
berguna untuk keperluan control, juga berguna untuk keperluan perencanaan.
Misalnnya ROI dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan kalau
perusahaan akan mengadakan expansi.
Kelebihan atau keunggulan Return On Assets (ROA) menurut Lukman Syamsuddin (2004;58) yaitu :
a. Selain
ROA berguna sebagai alat kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan.
Misalnya ROA dapat dipergunakan sebagai dasar pengambilan keputusan apabila
perusahaan akan melakukan ekspansi. Perusahaan dapat mengistimasikan ROA yang
harus melalui investasi pada aktiva tetap.
b. ROA
dipergunakan sebagai alat mengukur profitabilitas dari masing-masing poduk yang
dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menerapkan system biaya produksi yang baik,
maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke dalam berbagai produk yang
dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung profitabilitas
masing-masing produk.
c. Kegunaan
ROA yang paling prinsip berkaitan dengan efisiensi penggunaan modal, efisiensi
produksi dan efisiensi penjualan. Hal ini dapat dicapai apabila perusahaan
telah melaksanakan praktek Akuntansi secara benar dalam artian.
5.
Kelemahan ROA (Return
On Asset)
Menurut Munawir (2010: 92),
kelemahan-kelemahan dari ROA atau ROI , yaitu :
a.
Kesukarannya
dalam membandingkan rate of return suatu
perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis mengingat bahwa
kadang-kadang praktek akuntansi yang digunakan oleh masing-masing perusahaan
tersebut adalah berbeda-beda. Perbedaan metode dalam penilaian berbagai aktiva
antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perbandignan tersebut
akan dapat member gambaran yangs salah. Ada berbagai metode penilaian inventory (FIFO, LIFO, Average, The Lower Cost Market Valuation) yang digunakan akan
berpengaruh terhadap besarnya nilai inventory, dan yangs elanjutnya akan
berpengaruh terhadap jumlah aktiva. Demikian pula adanya berbagai metode
depresiasi akan berpengaruh terhadap jumlah aktivanya.
b.
Kelemahan lain
dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari uang
(daya belinya).suatu mesin atau perlengkapan tertentu yang dibeli dalam keadaan
inflasi nilanya berbeda dengan kalau dibeli pada waktu tidak ada inflasi, dan
hal ini akan berpengaruh dalam
menghitung investment turnover
dan profit margin.
c.
Dengan
mengguunakan analisa rate of return atau return
on investment saja tidak akan dapat digunakan untuk megadakan perbandingan
antara dua perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.
Disamping kegunaan dari analisa ROA, menurut Lukman
Syamsudin (2004:59) mengenai kelemahan Return
On Assets (ROA), sebagai berikut :
a. Sulit
membandingkan rate of return suatu
perusahaan dengan perusahaan lain, karena perbedaan praktek akuntansi antar
perusahaan.
b. Analisa
Return OnAssets (ROA) saja tidak
dapat dipakai untuk membandingkan antara dua perusahaan atau lebih dengan
memperoleh hasil yang memuaskan.
6.
Net
Profit Margin (NPM)
Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat
meningkatkan keuntungan atau laba. Laba
terbagi menjadi dua yaitu laba bersih dan laba usaha. Laba usaha dapat
diketahui dengan cara mengurangi total penjualan dengan biaya-biaya dalam
proses produksi dan operasionalnya. Sedangkan laba bersih dapat diketahui
dengan cara mengurangi laba usaha dengan pajak. Dengan adanya laba usaha maka
perusahaan dapat mengukur tingkat keuntungan yang dicapai dihubungkan dengan
penjualan atau yang dikenal dengan istilah Profit
Margin.
Menurut Riyanto (2010: 37) Profit
margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net
sales.
Pengertian Profit Margin menurut Munawir (2010: 89) Profit margin ini mengukur tingkat
keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.
Net Profit Margin
(NPM) menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap
penjualan yang dilakukan. Dengan kata lain rasio ini mengukur laba bersih
setelah pajak terhadap penjualan.
NPM
merupakan rasio yang mengukur jumlah laba bersih per nilai dolar penjualan,
yang dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan. Apabila kinerja
keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan semakin
meningkat maka hal ini akan berdampak pada meningkatnya pendapatan yang akan
diterima oleh para pemegang saham.
Menurut Riyanto (2013: 336) Net
Profit Margin adalah suatu rasio yang mengukur keuntungan netto per rupiah
penjualan.
Net Profit Margin (NPM), merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan, rasio ini akan
menggambarkan penghasilan bersih perusahaan berdasarkan total penjualan.
Pengukuran rasio dapat dilakukan dengan cara membandingkan laba bersih setelah
pajak dengan penjualan bersih.
NPM = Net
Profit After Tax x
100%
Net Sales
|
Keterangan
:
Net Profit After Tax = Laba Bersih Setelah Pajak
Net Sales
= Penjualan
7.
Debt To Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio atau perbandingan antara modal
sendiri dan modal yang diperoleh dari luar perusahaan atau kreditur. Hutang ini
muncul karena tidak semua kebutuhan modal mampu dipenuhi oleh modal sendiri
atau dengan perolehan dari penjualan saham sehingga perusahaan biasanya akan
mencari tambahan modal melalui hutang. Hutang yang diperhitungkan di sini
terdiri dari hutang jangka pendek dan jangka panjang. Rasio ini memberikan
gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat
diamati tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang.
Lukman Syamsuddin
(2007:54) mengemukakan debt to equity
ratio menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman yang diberikan oleh para
kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik modal
perusahaan. Sofyan Syafri Harahap (2008:303) mengemukakan rasio utang atas
modal atau debt to equity ratio
menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak
luar (kreditor). Kasmir
(2009:157) mendefinisikan :
Debt to Equity
Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan antara seluruh utang,
termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik
perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Debt To Equity Ratio
(DER) yang semakin besar menunjukkan bahwa struktur modal yang berasal dari
utang semakin besar digunakan untuk mendanai ekuitas yang ada. Kreditor
memandang, semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena akan
semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di
perusahaan. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Untuk keamanan pihak luar,
rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal
sama, namun bagi pemegang saham atau manajemen rasio ini sebaiknya besar.
Penggunaan
utang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi (Agus Sartono,
2008:121), yaitu:
a.
Pemberi kredit akan
menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan.
b. Dengan
menggunakan utang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih
besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat.
c.
Dengan menggunakan
utang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian
perusahaan.
Pembiayaan dengan
utang atau leverage keuangan,
memiliki tiga implikasi penting (Eugene F. Brigham dan Joel F.Houston, 2001:84)
diantaranya:
a. Memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham
dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang
terbatas.
b.
Kreditur
melihat ekuitas, atau dana yang disetor pemilik, untuk memberikan marjin
pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari
total pembiayaan, maka resiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur.
c. Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar
atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga,
maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar atau ”leveraged”.
Perusahaan dengan leverage yang rendah mempunyai resiko yang kecil bila perekonomian
dalam keadaan menurun, tetapi perusahaan tersebut juga memiliki laba rata-rata
yang rendah bila perekonomian meningkat. Sebaliknya, perusahaan dengan leverage ratio yang tinggi memiliki
resiko menderita kerugian besar, tetapi mempunyai suatu kesempatan untuk
memperoleh keuntungan yang besar. Kemungkinan memperoleh laba yang tinggi
adalah menarik, tetapi para investor juga enggan menghadapi resiko. Keputusan
tentang penggunaan leverage berarti
menyeimbangkan kemungkinan laba yang lebih tinggi dengan naiknya resiko.
Analisis Debt
to Equity Ratio penting karena digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan
hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan yang mencakup kewajiban lancar
maupun hutang jangka panjang, dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.
8.
Harga Saham
Dalam melakukan investasi pada pasar modal,
khususnya saham, perubahan harga pasar menjadi perhatian penting bagi para
investor, selain kondisi emiten dan keadaan perekonomiannya. Harga saham yang
digunakan dalam melakukan transaksi di pasar modal merupakan harga yang
terbentuk dari mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar.
R. Agus Sartono (2001:41) mendefinisikan harga saham sebagai berikut:
“Harga saham adalah sebesar nilai sekarang atau present value dari aliran kas
yang diharapkan akan diterima.”
Saham
dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2008).
Saham biasanya diperdagangkan di lantai bursa dengan
harga pasar yang akan berbeda-beda pada tiap-tiap waktunya, hal ini akan
berkaitan dengan nilai dari suatu saham tersebut. Terdapat beberapa jenis nilai
saham yang dapat mempengaruhi dalam penetapan harga saham, salah satu
diantaranya adalah menurut apa yang dipaparkan oleh Eduardus Tandelilin dalam
bukunya “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio” berbagai jenis nilai
saham yaitu:
a. Nilai
Nominal
Nilai
nominal adalah nilai yang tercantum dalam sertifikat saham dan pencantumannya
berdasarkan keputusan dan dari hasil pemikiran perusahaan yang mempunyai saham
tersebut. Jadi nilai
nominal sudah ditentukan pada waktu saham itu diterbitkan.
b. Nilai
Buku
Nilai
buku menunjukan nilai bersih kekayaan perusahaan, artinya nilai buku merupakan
hasil perhitungan dari total aktiva perusahaan yang dikurangkan dengan hutang
serta saham preferen kemudian dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
Nilai buku sering kali lebih tinggi
daripada nilai nominalnya.
c. Nilai
Intrinsik
Nilai
Intrinsik merupakan nilai yang mengandung unsur kekayaan perusahaan pada saat
sekarang dan unsur potensi perusahaan untuk menghimpun laba dimasa yang akan
datang.
d. Nilai
Pasar adalah harga saham biasa yang terjadi dipasar selembar saham biasa adalah
harga yang dibentuk oleh penjualan dan pembelian ketika mereka memperdagangkan
saham (2001 : 183).
Pada surat
berharga tercantum antara lain harga saham. Harga ini disebut harga atau nilai
nominal. Harga nominal ini merupakan nilai yang ditetapkan oleh perusahaan
untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya nominal ini biasanya tergantung dari keinginan
emiten atau perusahaan.
Menurut
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004) saham atau sekuritas merupakan secarik
kertas yang menunjukkan hak pemilik kertas tersebut untuk memperoleh bagian
dari prospek atau kekayaan perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut dan
berbagai kondisi untuk melaksanakan hak tersebut. Selembar saham mempunyai
nilai atau harga dan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
a. Harga
Nominal
Harga
yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai
setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti
penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai
nominal.
b.
Harga Perdana
Harga
ini merupakan harga saat saham itu dicatat di bursa efek. Harga saham pada
pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan
emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham itu akan dijual
kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.
c.
Harga Pasar
Kalau
harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka
harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang
lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatat di bursa. Transaksi di
sini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi harga, ini disebut sebagai
harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga
perusahaan penerbitnya, karena transaksi di pasar sekunder, kecil sekali
terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap
hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.
9. Harga
Pasar Saham
Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan
karena harga pasar merupakan harga suatu saham yang sedag berlangsung.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Asep Saefudin
(2001:6.3) “Harga pasar
merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar
bursa tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik
turunnya harga saham. Dari uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa untuk mengetahui penilaian perubahan harga saham dapat
dilihat pada saat pasar bursa tutup.
Sehingga harga pasar inilah yang menyatakan naik atau turunnya harga saham”.
10. Penilaian
Harga Saham
Dalam penutupan
harga saham, prakteknya mengacu pada beberapa pendekatan teori penilaian.
Terdapat dua model dan teknik analisis dalam penilaian harga saham yaitu
analisis fundamental dan analisis tekhnikal.
a.
Analisis
Fundamental
Menurut
Suad Husnan (2001:345) “Analisis
fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan
(i) mengestimate nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham
di masa yang akan datang, dan (ii) menerapkan hubungan variabel-variabel
tersebut sehingga diperoleh takdiran harga saham“.
Analisis fundamental bermula dari anggapan dasar bahwa
setiap investor adalah makhluk rasional. Keputusan investasi saham dari seorang
pemodal yang rasional didahului oleh suatu proses analisis terhadap variabel
yang secara fundamental diperkirakan akan mempengaruhi harga suatu efek.
Argumentasi dasarnya jelas bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak
hanya nilai intrinsik pada suatu saat, tetapi juga dan bahkan lebih penting bagi harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilainya
dikemudian hari. Informasi-informasi fundamental diantaranya :
1.
Kemampuan
manajemen perusahaan
2.
Prospek
perusahaan
3.
Prospek
pemasaran
4.
Perkembangan
teknologi
5.
Kemampuan
menghasilkan keuntungan
6.
Kemampuan
terhadap perekonomian nasional
7.
Kebijaksanaan
pemerintah
8.
Hak-hak
yang diterima investor
b.
Analisis
Teknikal
Suad Husnan (2001:345)
memaparkan bahwa: “Analisis teknikal mencoba
memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga
saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari
analisis tersebut adalah (i) bahwa harga saham mencerminkan informasi yang
relevan (ii) bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga diwaktu
yang lalu, dan (iii) karenanya perubahan harga saham akan mempunyai pola
tertentu dan pola tersebut akan berulang “.
Analisis
teknikal menyatakan bahwa investor adalah makhluk yang irasional. Bursa pada
dasarnya adalah cerminan mass behavior.
Seorang individu yang bergabung ke dalam suatu massa, bukan hanya sekedar kehilangan
rasionalitasnya, tapi sering juga melebur identitas pribadi ke dalam identitas
kolektif. Harga saham sebagai penawaran yang merupakan
manivestasi dari kondisi psikologis pemodal. Model ini pada intinya
menggambarkan bahwa harga saham selalu berfluktuasi naik dan turun, namun naik
dan turunnya harga saham tersebut ada batasannya yaitu batas atas dan batas
bawah.
Data
yang digunakan dalam analisis teknikal biasanya berupa grafik atau program
komputer. Dari grafik atau program komputer dapat diketahui bagaimana
kecenderungan pasar, sekuritas atau future komoditas yang akan dipilih dalam
berinvestasi, teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi
keuangan perusahaan.
11. Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Harga saham
dibursa dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain pengaruh peraturan
perundangan saham, ketat tidaknya pengawasan atas pengaruh pelanggaran oleh
pelaku bursa, psikologi pemodal secara masal yang berubah-ubah antara pesimis
dan optimis.
Secara teori
ekonomi, harga pasar suatu saham akan terbentuk melalui proses penawaran dan
permintaan yang mencerminkan kekuatan pasar, seperti yang dijelaskan oleh Panji
Anoraga dan Piji Pakarti (2001:108) bahwa: “Harga saham ditentukan oleh
penawaran dan permintaan pasar dan analisis memfokuskan perhatian pada waktu,
yaitu perkiraan trend naik atau turun. Sedangkan apabila permintaan lebih
banyak dari pada penawaran saham, maka harga saham akan mengalami kenaikan,
sehingga akan terjadi trend naik”.
Efisiensi
pasar modal merupakan salah satu indikator untuk menentukan kualitas suatu
pasar modal. Semakin tinggi derajat efesiensi maka kualitas pasar modal
tersebut akan semakin baik.
Eduardus Tandelilin (2001:112) menjelaskan
bahwa : “Untuk konsep pasar yang efisien lebih ditentukan pada aspek informasi,
artinya pasar yang efisien adalah pasar dimana harga semua sekuritas yang
diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia”.
Dari uraian
diatas maka dapat disimpulkan bahwa secara umum bursa saham menganut pergerakan saham yang membentuk suatu
pola atau jangka waktu tertentu, artinya tidak ada harga saham yang meningkat
terus menerus, juga tidak ada harga saham yang terus menerus turun, yang ada
adalah harga yang meningkat dan menurun sesuai dengan siklus yang berlaku.
F. Penelitian
Terdahulu
Tabel 3.
Penelitian Terdahulu
Peneliti
|
Judul Penelitian
|
Hasil Penelitian
|
E.
Amaliah Itabillah
(2009)
|
Pengaruh CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER Dan PBV Terhadap
Harga Saham Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di BEI
|
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel Earning Per Share (EPS) dan
Variabel Price To Book Value (PBV) memiliki pengaruh positif terhadap
harga saham secara parsial dengan tingkat signifikan (0.000) dan (0.000)
sedangkan variabel Debt To Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh
negative terhadap harga saham secara parsial dengan tingkat signifikan
(0.001) Sedangkan variable Quick Ratio (QR), Net Profit Margin (NPM)
tidak berpengaruh positif, Current Ratio (CR), Return On Asset (ROA),
Return On Equity (ROE), dan variabel tidak berpengaruh negatif secara
parsial terhadap harga saham.
|
Dwi
Murtiningsih (2012)
|
Pengaruh
ROA, ROE, NPM, EPS, DAN DER Terhadap Tingkat Harga Saham (Pada perusahaan
Food and Baverages Di BEI Tahun 2008-2010)
|
Harga saham merupakan harga yang telah
disepakati bersama antara penjual dan pembeli pada saat saham diperdagangkan.
Penilaian harga saham dapat dilakukan dengan analisis fundamental dan
teknikal.Tujuan penelitian ini adalah menganalisis bagaimana \ pengaruh ROA,
ROE, NPM, EPS dan DER terhadap tingkat harga saham di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas, maka judul dalam penelitian ini adalah: “Pengaruh
ROA, ROE. NPM, EPS dan DER terhadap tingkat harga saham pada perusahaan Food
and Baverages Yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010. Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan Food and Baverages Yang Terdaftar di
BEI Tahun 2008-2010, dengan sampel sebanyak 13 perusahaan, dengan teknik
pengambilan sampel purpose sampling. Jenis data yang digunakan adalah
data sekunder, dengan menggunakan metode pengumpulan data dokumentasi, alat
analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil dalam
penelitian ini adalah : pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t,
ROA, ROE dan DER tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga
saham.NPM dan EPS mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
|
Angrawit
Kusumawardani
(2009)
|
Analisis Pengaruh EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, ROA pada harga saham
Dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Di BEI
periode 2005 -2009
|
Hasl
penelitian menunjukkan bahwa Dari 7 variabel yang digunakan dalam penelitian
ini tidak semuanya berpengaruh secara parsial pada harga saham. Variabel yang
memiliki pengaruh pada harga saham hanya variabel EPS, PER, ROE, DER, ROA. Harga
saham terhadap Kinerja memiliki pengaruh sangat signifikan sebesar 162%. Hal
ini menunjukkan harga saham memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
kinerja. Ini berarti nilai Kinerja akan semakin besar sehingga investor akan
semakin tertarik dengan nilai kinerja yang semakin tinggi. Pengaruh EPS, PER,
ROE, FL, DER, CR, ROA pada Harga Saham dan dampaknya terhadap kinerja
perusahaan bernilai negatif yaitu sebesar -112.9%. Hasil ini menyatakan bahwa
manajemen perusahaan tidak berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi
pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keuangan memaksimumkan
nilai perusahaan. Untuk itu perusahaan harus mengkoreksi kembali prospek
kegiatan yang dijalankan perusahaan agar lebih produktif. Sehingga para
pemegang saham para pemegang saham akan merasakan keuntungan yang lebih besar
dari biaya modalnya.
|
G. Kerangka
Pemikiran
Gambar 1.
Kerangka Pemikiran
ROA
(X1)
|
NPM
(X2) (Y)
|
ROA
(X1)
|
H. Hipotesis
Adapun hipotesis untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Diduga Return On
Asset (ROA) berpengaruh terhadap harga saham pada PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk.
2.
Diduga Net Profit
Margin (NPM) berpengaruh terhadap harga saham pada PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk.
3.
Diduga Debt To
Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap harga saham pada PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk.
4.
Diduga Return On
Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM), dan Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap harga saham pada
PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero),
Tbk
I.
Variabel Penelitian
1.
Variabel
Indenpenden (Bebas)
Variabel
independent adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependent atau variabel bebas (X).
a.
Return On Asset
(ROA) sebagai X1
b.
Net Profit Margin
(NPM) sebagai X2
c.
Debt To Equity
Ratio (DER) sebagai X3
2.
Variable Dependen
(Terikat)
Sedangkan
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
adanya variabel bebas atau variabel tidak bebas (Y)” (Sugiyono, 2011:4)., yaitu harga saham (Y)
Tabel 4:
Operasional Variabel
Variabel
|
Definisi
|
Indikator
|
Skala
|
Return On Asset
(X1)
|
. Retutrn On Asset adalah sama dengan Return On Investmen dalam analisa keuangan mempunyai arti yang
sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat
menyeluruh (komprehensif). (Munawir, 2010: 89)
|
ROA =
|
Rasio
|
Net Profit Margin
(X2)
|
Net Profit
Margin
adalah suatu rasio yang mengukur keuntungan netto per rupiah penjualan.
Riyanto (2013: 336)
|
Net
Profit Margin
|
Rasio
|
Debt Equity Ratio
(X3)
|
Debt to Equity
Ratio merupakan
salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas
perusahaan, hal ini berkaitan dengan keputusan pembiayaan dan menghitung
bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
keseluruhan utang (Bambang Riyanto, 2001:333).
|
Debt
To Equity Ratio
|
Rasio
|
Harga Saham
(Y)
|
Harga saham adalah sebesar
nilai sekarang atau present value dari aliran kas yang diharapkan akan
diterima.” R. Agus Sartono (2001:41)
|
Saham Penutup
|
Rupiah
|
J.
Metode
Penelitian
1.
Lokasi dan
Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan pada PT. Telekomunikasi
Indonesia (Persero), Tbk Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Waktu penelitian
diperkirakan bulan November 2014 dan Desember 2014 melalui webstite yaitu www.telkom.co.id.
2.
Jenis Dan Sumber Data
a.
Jenis data
1. Data
kualitatif, merujuk pada data kualitas objek penelitian yaitu ukuran data
berupa non-angka. Dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari pihak
perusahaan yang berupa kalimat serta keterangan.
2. Data
kuantitatif, merupakan data yang didominasi oleh angka. Data yang di peroleh
dari di PT. Telekomunikasi Indonesia
(Persero), Tbk.
b. Sumber Data
Sumber Data yaitu data sekunder,
merupakan data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Yaitu data yang telah diolah
oleh perusahaan yang dalam hal ini adalah PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Data tersebut adalahg data berupa data laporan keuangan, yang terdiri dari
neraca dan daftar rugi/laba.
3.
Populasi dan Sampel
Pada
penelitian ini penulis hanya mengambil dari sebagian populasi sebagai sasaran
penelitian (penelitian sampel),
menurut Sugiyono (2009 :61) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.
Jadi
populasi dari perusahaan yang saya teliti adalah Laporan Keuangan pada PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk.
Sedangkan sampelnya adalah neraca dan laporan rugi laba PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero),
Tbk selama 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2009-2013.
Dengan pertimbangan laporan keuangan yang menjadi sampel dalam penelitian ini
memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan yang mana sahamnya listing di Bursa Efek
Indonesia dan menyajikan annual report
per Desember dari tahun 2009 sampai tahun 2013 secara lengkap dengan
catatan laporan keuangan
b. Perusahaan
yang dalam laporan keuangan tahunannya terdapat elemen-elemen laporan neraca,
jumlah saham biasa yang beredar dan
lain-lain serta laporan rugi laba.
c. Laporan
keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Studi Dokumentasi. Studi dilakukan dengan mengumpulkan
laporan-laporan keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero),
Tbk berupa laporan neraca dan laporan laba rugi yang
diperoleh dari internet:, www.telkom.co.id.
b. Kepustakaan (Library Research) adalah
teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,
literatur-literatur, catatan-catatan
dan laporan-laporan yang ada hubunganya dengan masalah yang dipecahkan Nazir (2003: 207).
5.
Analisa
Data
Dalam
pembahasan pada penelitian ini penulis menggunakan analisis data yang melihat
bagaimana hubungan atau pengaruh investasi
dalam persedian terhadap rentabilitas modal sendiri pada PT.
Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk.
Dengan menggunakan analisa SPSS meliputi:
a. Uji
Asumsi Klasik, meliputi:
1. Uji
Normalitas
Uji
normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
terganggu atau residual telah terdistribus normal atau tidak hal ini penting
karena dalam uji regres semua mengasumsikan nilai residual mengikuti distribusi
normal. Jika asumsi normalitas tidak terpenuhi, maka akan terjadi hasil uji
statistik tergradasi (Imam Ghozali,2005). Model regresi yang
baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Suatu
variabel dikatakan normal apabila mempunyai nilai signifikan diatas 0,05 atau
5%
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas dilakukan dengan
menghitung nilai VIF (variance inflaction
factor) dari masing-masing variabel independen. Pengujian gejala
multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap variabel
independen berhubungan secara linier. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi antara variabel independen. Nilai yang umum dipakai untuk
menunjukkan tidak adanya multikolinearitas adalah nilai VIF < 10.
3. Uji
Autokorelasi
Uji
Autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi. Untuk mendeteksi adanya auto korelasi dapat dilakukan melalui
pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson (Uji DW).
4.
Uji Heterokedastisitas
Uji
heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya.
b. Analisa
Regresi Linier Berganda
Untuk
mengukur pengaruh Return On Asset (ROA),
Net Profit Margin (NMP) Dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap
Harga Saham Pada Pt.Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk” dalam
penelitian ini digunakan regresi linear berganda
dengan persamaan regresi linear sebagai
berikut:
Y=
a+b1X1+b2X2+b3X3
Keterangan:
Y = Harga
Saham
a = Konstanta
b = Koefesien regresi
X1 = Return On Asset
(ROA)
X2 = Net
Profit Margin (NPM)
X3 = Debt
To Equity Ratio (DER)
c. Uji
Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien
determinasi (R2) di gunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil bararti variabel dependen
sangat terbatas (Ghozali:2005).
Nilai yang mendekati 1 berarti variabel – variabel independen memberikan semua
informasi yang di butuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
2. Uji
Parsial (Uji t)
Uji
t-statistik di maksud untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel
bebas terhadap variabel terikat dengan variabel lain di anggap konstan, dengan
tingkat keyakinan 95 % (α = 0,05). Uji ini dilakukan sekaligus untuk melihat
koefisien regresi secara individual varabel penelitian.
3. Uji Simultan (Uji F).
Uji F, dengan maksud menguji apakah secara simultan
variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, dengan tingkat keyakinan
95 % (α = 0,05).
DAFTAR
PUSTAKA
Anoraga, Pandji, dan Pakarti Piji.
2001. Pengantar Pasar Modal. EdisiRevisi.
PT Asdi Mahasatya. Jakarta.
Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel
F. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.Jakarta:
Salemba Empat
Darmadji,
Tjiptono dan Hendry M. Fakhruddin. 2008. Pasar
Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab (Edisi 2). Jakarta : Salemba
Empat
Fahmi, Irham . 2012. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Ghozali,
Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Handoko, T. Hani. 2004. Manajemen
Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE.
Harahap, Sofyan Syafri, 2008.Teori Akuntansi, Jakarta, PT. RajaGrasindo
Persada
Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Teori Akuntansi Edisi Revisi. Raja
Grafindo Persada : Jakarta.
Harnanto. 2004. Akuntansi Keuangan Menegah, Buku Dua, Edisi Revisi, Keempat.
Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM
Husnan, Suad.
2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga.
UPP AMP YKPN, Yogyakarta
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2004.
Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis
Sekuritas. Edisi 2. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta :
Salemba Empat.
Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Munawir. 2010. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Liberty, Yogyakarta.
Nazir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia:
Jakarta.
PSAK No.1 Paragraf ke7 (Revisi 2009)
Prihadi, Toto. 2008. 7 Analisis Rasio Keuangan, PPM Manajemen,
Jakarta
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan.
BPFE. Yogyakarta.
Riyanto,
Bambang. 2010. Dasar-Dasar
Pembelanjaan
Perusahaan,
EdisiKeempat, Cetakan ke sepuluh,Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: BPEF-YOGYAKARTA.
Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: BPEF-YOGYAKARTA
Soemarsono. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta :
Salemba Empat
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta:Bandung.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Alfabeta,
Bandung.
Syamsudin, Lukman.2004.Manajemen Keuangan Perusahaan (Konsep
Aplikasi Dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan).
Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.
Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep
Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan.
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Tandelilin, E. 2001. Analisa Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, BPFE, yogyakarta.
No comments:
Post a Comment